Senin, 25 Agustus 2014
Kakakku Andarini, saat membaca pesanmu tempo hari sesungguhnya aku merasakan yang tengah kau rasakan. Kau bilang, hal-hal yang akan kau hadapi di awal Agustus ini adalah sejumlah ketakutan. Takut berhadapan dengan orang-orang yang "tidak bersahabat" dan takut dengan kegagalan. Aku paham, ketakutan semacam itu adalah ketakutan yang sangat tak menyenangkan sekalipun mereka bisa saja tertakdir tak seperti ketakutanmu. Beberapa orang berpikir, cara terbaik melenyapkan semua ketakutan itu adalah dengan memaksa mendobraknya. Memaksa diri menjadi pemberani. Satu sisi, hal tersebut benar. Diri sendirilah yang mampu mengubah sesuatu. Sebesar apapun motivasi yang kau dapat dari luar, sedikit pun tak akan sempurna mengubahmu selama kau memang tak memperkenankan dirimu untuk berubah. Namun demikian, menurutku, ada lagi yang mampu mengikis ketakutan di samping hal-hal tadi --yang kusebut "paksaan". Kusebut ia, cinta.
Kuceritakan sedikit tentang sebuah ketakutan yang ajaib. Aku rasa, sebagai seorang ibu, kau pernah merasakan luar biasanya melahirkan anak tercinta. Hal tersebut adalah momen paling menakjubkan menurutku. Sempat aku bertanya, mengapa seorang ibu rela membawa beban berat selama sembilan bulan lamanya. Ia pun akan berhadapan dengan dua kemungkinan: hidup atau mati. Hal-hal yang tampak begitu mengerikan jika dibayangkan. Namun demikian, seorang ibu tak gentar dengan hal tersebut. Ia berupaya menjaga janin dalam rahimnya hingga tiba saat melahirkan. Ia berupaya bertahan dengan resiko berhadapan dengan dua kemungkinan tadi sampai sang bayi benar-benar lahir. Kupikir, ia takkan mungkin mampu melakukannya tanpa rasa kasih yang teramat dalam kepada sang buah hati. Hal tersebut membuatnya sukses menerabas semua ketakutan.
Belajar dari hal tersebut, aku berani berpendapat bahwa hal lain yang mampu dilakukan untuk memenggal ketakutan adalah dengan mengetahui bahwa kau mencintai dan dicintai. Kau melakukan sesuatu atas dasar cinta. Hal-hal yang kau cintai (Irsyad putramu, keluargamu, atau sahabatmu misalnya) adalah alasan paling istimewa untuk bertahan dari segala rasa takut. Mereka adalah orang-orang yang akan selalu jadi sumber energi bagimu. Kau pun perlu mengetahui bahwa mereka yang membuatmu takut tak pernah sebanding dengan mereka yang menyayangimu. Jumlah mereka di muka bumi jauh lebih sedikit jika dibandingkan jumlah mereka yang menyayangimu, mereka yang akan membersamaimu melawan ketakutan itu.
Berani karena benar. Begitu kalimat yang sering aku dengar. Aku percaya, segala hal yang kau lakukan saat ini adalah hal yang benar. Kau tengah berupaya keras menimba ilmu, berusaha menjadi pembelajar yang baik, memiliki karakter dan pemikiran yang lebih baik. Semua berada dalam jalur yang benar maka kau tak perlu takut. Lalu, jika kau mulai merasa takut pada kegagalan kau harus kembali mengingat rumus itu "yang membuatmu takut tidak sebanding dengan yang membuatmu merasa dicintai". Mereka yang mencintaimu, atau mereka yang menjadi alasan untuk bertahan, akan selalu ada buatmu. Jika kau masih meragukan mereka,
Tuhanmu tidak.
0 Response to "Tentang Mereka yang Menyayangimu dan Mereka yang Membuatmu Takut"
Posting Komentar